Mungkin ini semua di luar kehendakmu, mungkin kamu sudah berencana untuk setia hingga waktu memisahkan, namun pada kenyataannya segalanya terjadi begitu saja. Setelahnya, kamu merasa hilang arah, galau, dan gelisah. Perasaan menyesal dan terabaikan mungkin menghantui, namun kamu sadar ini sudah waktunya untuk move on setelah putus dengan… pekerjaanmu.
Oke, kalimat “putus dengan pekerjaanmu” kedengaran berlebihan, namun harus diakui kadang mengundurkan diri dari pekerjaan (apapun alasannya) membuat perasaanmu campur aduk. Ada perasaan sedih, menyesal, merasa bersalah, dan perasaan-perasaan lain yang mirip-mirip putus cinta. Lebih sedih lagi jika kamu telah melakukan banyak cara untuk mencintai pekerjaanmu.
Apa sih yang membuat mengundurkan diri mirip-mirip putus cinta? Simak alasan-alasan di bawah ini, kamu pasti merasa familiar.
5 Alasan Mengundurkan Diri yang Mirip Putus Cinta
“Masalahnya bukan kamu, tapi aku.”
Biarpun kamu berkata begitu, tapi sejujurnya ini memang karena pekerjaanmu.Kamu merasa sudah tidak cocok dengan pekerjaanmu dan sudah tidak tahan lagi. Mungkin bayaranmu tidak sesuai dengan banyaknya tugas yang diberikan. Hampir setiap malam kamu lembur. Kehidupanmu diisi oleh pekerjaan—yang sebenarnya oke-oke saja jika kantor atau bosmu tidak menuntut terlalu banyak. Setiap hari kamu merasa menderita dan sekarang kamu sudah tidak tahan lagi.
Tentu kamu berharap dapat belajar lebih banyak, namun di satu sisi kamu ingin sekali pindah kerja. Tapi, ada sedikit rasa bersalah karena menyerah begitu saja, oleh karena itu biasanya kamu mengeluarkan alasan ini untuk menghilangkan rasa bersalah tersebut.
“Kita nggak jodoh.”
Seperti kebanyakan kasus putus cinta karena “kita nggak jodoh”, sebenarnya tidak ada masalah serius dalam hubunganmu. Kamu hanya merasa kalian malah menjauh, bukannya tumbuh dan belajar bersama. Rasanya nyaris mustahil untuk dekat lagi seperti awal-awal menjalin hubungan dulu, karena hatimu sudah merasa tidak sreg lagi.Tentu saja rasanya cukup sulit meninggalkan hubungan yang telah dibina dengan banyak usaha. Ingatlah saat-saat wawancara itu dan betapa senangnya saat kamu diterima. Pada akhirnya, kamu kehilangan pekerjaan dan pekerjaanmu kehilangan kamu. Namun setelah putus, kamu merasa lebih bebas, bahagia, dan puas. Kini kamu siap melangkah maju untuk mencari hubungan profesional dan karier yang benar-benar terasa cocok di hatimu.
“Aku butuh waktu sendiri.”
Selama ini, mungkin kamu merasa mandiri dan memiliki kontrol atas hidupmu, namun lama-lama kamu merasa pekerjaan mengekangmu. Mungkin kamu merasa tidak seperti dirimu yang dulu. Wajar jika kamu merasa ingin kabur untuk mengembalikan kemandirian dan tujuan hidupmu lagi setelah dikekang oleh pekerjaan. Kamu menginginkan privasi dan waktu untuk diri sendiri, jadi tidak ada pilihan lagi selain keluar dari pekerjaanmu saat ini.“Aku ada yang lain.”
Hubungan profesional akan berakhir ketika kamu menemukan yang lain. Bisa jadi kamu keluar dari pekerjaanmu untuk mengejar kesempatan lain atau justru pekerjaanmu yang menemukan orang lain untuk menggantikanmu. Seperti dalam hubungan asmara, ada saatnya kamu merasa harus berhenti untuk mendapatkan yang lebih baik. Jika kamu menemukan kesempatan lain yang terlihat lebih baik, tanyakan dulu pada diri sendiri apakah harus mengejarnya atau ini hanya keinginan sesaat.“Sekarang ini lebih baik kita berteman saja.”
Kamu ingin berhenti, namun mengharapkan hubunganmu dengan kantor lama tetap baik-baik saja. Tidak peduli apa yang terjadi dengan pekerjaan lamamu, kamu memilih untuk membiarkan pintu kesempatan terbuka lebar. Meskipun kamu pergi untuk kesempatan baru, namun kamu sadar untuk mengundurkan diri tanpa merusak jaringan profesional. Kita tidak tahu ke mana masa depan akan membawa. Siapa tahu kelak kalian bisa bekerja sama lagi dan memperkuat hubungan profesional tanpa masalah di masa lalu.Jangan lupa pertimbangkan segalanya sebelum mengundurkan diri. Apapun alasannya, ketika kamu mengakhiri hubungan karier profesional untuk memulai yang baru, pastikan bahwa hubunganmu tetap baik-baik saja. Keluar dari kantor mungkin bisa mengakibatkan friksi di kedua belah pihak, namun jangan pernah melupakan tata krama. Sangat penting tetap mempertahankan harga diri, hubungan baik, dan rasa hormat saat berhenti bekerja. Jangan sampai pengunduran dirimu meninggalkan kesan buruk di kantor lama.